Rabu, 23 Mei 2012

Bencana Alam di Sulawesi


GEMPA BUMI
 
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Berikut ini akan kamu jelaskan beberapa gempa bumi yang sempat terjadi di daerah Sulawesi.
Gempa bumi Sulawesi 2006 adalah gempa yang berkekuatan 6,3 pada skala richter yang mengguncang Kota Palu dan sekitarnya. Lokasi pusat gempa terletak di darat pada koordinat 1°25' LS dan 119°79' BT atau sekitar 40 km barat daya kota Palu dengan kedalaman 10 km.
Wilayah Palu memang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang rawan gempa bumi khususnya karena adanya sistem sesar aktif Palu Koro dengan mekanisme gerak mendatar/geser. Kedudukan bidang sesar adalah N329E/86 dengan kedudukan slip -3 derajat. Kekuatan gempa adalah 6,3 Skala Richter pada kedalaman 10 km.
Kemudian pada tanggal 4 Februari 2006 pukul 11:40 waktu setempat, terjadi gempa tektonik berkekuatan 5,1 pada Skala Richter yang mengguncang Kota Palu serta sebagian wilayah Kabupaten Donggala dan Poso, Sabtu pagi.
Sementara pusat gempa berada di koordinat 1°77' Lintang Selatan dan 120°10' Bujur Timur dengan kedalaman 30 kilometer di bawah permukaan tanah, atau sekitar 100 kilometer Selatan-Tenggara Palu.
Gempa bumi Sulawesi 2008 terjadi pada 16 November 2008 menghantam Sulawesi, Indonesia, pada pukul 17:02:31 UTC. Kekuatan gempa berada pada posisi 7.3 Mw, yang diikuti dengan tujuh gempa susulan dengan kekuatan gempa lebih dari 5,0 Mw. Peringatan tsunami sempat dikeluarkan, tetapi kemudian dinyatakan tidak terjadi tsunami. Empat orang dinyatakan tewas dan 59 orang lainnya mengalami luka-luka.
Gempa bumi Sulawesi Juli 2006 terhadu dengan kekuatan magnitudo 6.1 gempa bumi ini terjadi di Sulawesi wilayah Indonesia. Gempa bumi ini terjadi pada 23 Juli 2006 pada pukul 08:22 UTC (16:22 waktu lokal). Seismolog menyatakan episentrum berada pada 0.415°LS 123.177°BT, dan hiposentrum pada kedalaman 86.2 km. Gempa ini terjadi pada 1575 km barat laut Darwin, Australia dan 1935 km timur laut Jakarta, ibukota Indonesia. Gempa ini dirasakan hampir merata di Sulawesi, tapi tidak ada laporan kerusakan dan korban luka akibat gempa.
Ratusan orang dilaporakan melarikan diri ke daerah yang lebih tinggi di kota pesisir pantai Luwuk setelah terjadi gempa, karena takut terjadi tsunami.

Banjir
             
Sebuah banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami.
Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik. Berikut ini beberapa bencana banjir yang terjadi di Sulawesi.
Ribuan rumah di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, terendam air setinggi satu meter. Banjir juga melanda Manado (Sulut), Toli-toli, dan Poso (Sulawesi Tengah). Di Mamuju (Sulbar), longsor mengakibatkan seorang tewas dan empat luka-luka. Data dari Posko Penanggulangan Bencana Kota Gorontalo, sampai Minggu (23/5), menunjukkan, sedikitnya 2.147 rumah terendam. Akibatnya sekitar 9.055 jiwa warga menjadi korban banjir. Dari jumlah itu, yang sudah mengungsi mencapai 118 kepala keluarga (KK) atau 436 jiwa di 15 titik lokasi pengungsian. Kepala Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Gorontalo, Laida Ali, Minggu (23/5) mengatakan, curah hujan yang tinggi menyebabkan air sungai meluap. Puncaknya Sabtu sore, hujan deras turun dalam tempo lama. Akibatnya, banjir di beberapa wilayah yang umumnya berdekatan dengan sungai. Sedikitnya 13 wilayah terendam banjir.
Ke-13 wilayah itu ialah Kelurahan Biawao, Limba B, Ipilo, Moodu, Buliide, Dembe Jaya, Heledulaa Utara, Wongkaditi Timur, Bugis, Tenda, Dembe II, Donggala, serta Limba U II. Kelurahan itu tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Kota Selatan, Kota Timur, Kota Barat, dan Kota Utara. Banjir di kota itu disebabkan meluapnya air Sungai Bulango. Selain bagian kota, banjir juga melanda wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Seperti yang terjadi di Kecamatan Batudaa, Tibawa, dan Bongomeme, serta merendam ratusan hektare sawah.

Tanah Longsor

            Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam.
Berikut ini adalah faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
1. erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki
lereng-lereng bertambah curam
 2. lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
3. gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut
4. gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
5. getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
6. berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
Salah satu dari bencana tanah longsor di Sulawesi yakni berikut. Selasa, 24 April 2012, Tanah longsor menimbun badan jalan sekitar 30 meter terjadi di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Dalam peristiwa tersebut, 1 orang tewas tertimbun dan sejumlah lainnya terluka.
Kasatlantas Polres Majene, AKP Saharuddin mengatakan, peristiwa terjadi Senin petang, sekitar pukul 18:30 Wita. Lokasinya di Desa Onang Kecamatan Tubo, yang merupakan jalan poros provinsi menghubungkan Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.

1 komentar:

  1. Salah satu solusi untuk tanah longsor adalah dengan Kawat Bronjong Penahan Longsor. Dengan perkuatan struktur yang ramah lingkungan, cara ini dianggap cara yang paling efektif. Selain itu juga Harga Kawat Bronjong relatif murah.

    BalasHapus